Postingan

Desember Dan Ibu

Gambar
Desember selalu datang dengan cara yang pelan namun pasti,menurunkan suhu, merapatkan jaket, dan membuat langkah manusia sedikit lebih hati-hati.Dinginnya bukan hanya pada udara, tetapi juga pada waktu, sebuah penanda bahwa tahun sedang menua. Tepat tanggal 22 Desember   seluruh dunia di ingatkan oleh hari kasih sayang dan cinta yaitu,“Hari Ibu”. Dibulan yang dingin, hari ibu hadir sebagai perapian sunyi. Ia tidak menyala dengan sorak sorai, melaikan keheningan yang hangat. Ibu tidak perna menutut perayaan dan kerja kerja   kecilnya pun luput tercatat dalam sejarah, yang meyiapkan di pagi hari dan menenangkan dimalam hari meyimpan lelah, agar anaknya dapat bermimpi. Jika desember mengajarkan bahwa semua ada akhirnya, ibu hadir membawa penegasan bahwa kasih sayang   tidak mengenal musim. Dari banyaknya angka dan canggihnya mesin hitungan belum ada ku temukan yang   mampu menghitung cintanya, memberi tidak mengurangi dirinya dan bertahan tanpa mengeluh.  Bag...

Ketika Kebijakan Tidak Bijak Maka Kerusakan Yang Terlihat

Gambar
    Pemimpin adalah pemegang kendali kebijakan di dunia sebagai representasi kepercayaan Tuhan. Setiap pemimpin memiliki wewenang dalam mengambil kebijakan, namun pemimpin yang bijak tidak sekadar menetapkan kebijakan ia harus memahami dampak dari setiap keputusan yang diambilnya. Saat ini, kita menyaksikan berbagai kerusakan yang terjadi akibat kebijakan yang tidak dikaji, dipahami, dan dipikirkan secara mendalam. Ketika kebijakan hanya ditentukan oleh individu atau kelompok tertentu tanpa melibatkan partisipasi masyarakat, inilah cikal bakal kerusakan karena ketidakpahaman terhadap realitas dan kebutuhan masyarakat sesungguhnya. Realitas yang terjadi menunjukkan betapa banyaknya kebijakan yang justru berdampak pada kerusakan. Ini terjadi karena pemimpin yang merasa bijak namun sejatinya merusak. Ketika pemimpin hanya pandai berpikir tanpa menimbang dengan bijaksana, maka jangan heran jika kerusakan merajalela di mana-mana. Mari kita lihat konteks Sumatra saat ini. Banyak...

Peringati Milad Ke-IV: Forkim IAIN Parepare Rangkai Kelas Penalis Menengah, Dukung Produktivitas Ilmiah Anggota

FORKIM IAIN PAREPARE — Forum Riset dan Karya Ilmiah Mahasiswa (Forkim) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare Peringati Milad ke-IV yang dirangkaikan dengan kegiatan Kelas Penalis Menengah.  Kegiatan ini mengusung tema “Menciptakan Mahasiswa Cendekia yang Inovatif dan Kritis dalam Satu Nalar”, diselenggarakan pada Kamis, 29 Mei 2025, bertempat di Gedung LP2M IAIN Parepare. Acara ini merupakan bagian dari jenjang wajib dan kajian rutin yang menjadi program kerja tahunan Forkim.  Kelas Penalis (penelitian, penalaran, dan penulisan menengah) Menengah menjadi jenjang lanjutan yang wajib diikuti oleh seluruh anggota Forkim, baik pengurus maupun anggota biasa.  Hal ini dilaksanakan untuk terus meningkatkan kualitas pemahaman mereka terhadap karya tulis ilmiah. Kegiatan tersebut dihadiri oleh mentor-mentor Forkim, di antaranya Syaifullah, M.Ei., Wahyuddin, S.Sos., M.Ikom., dan Nur Jamilah Ambo, S.Akun., Muh. Ilham Jaya, S.Pd., M.Pd. Mereka turut menyukseskan acara dan membe...

Ketika Bangsa Runtuh Karena Meremehkan Peran Guru

Gambar
  Belakangan ini kita dibanjiri berbagai pemberitaan di media mengenai posisi dan peran guru. Banyak guru kini mulai takut menindak peserta didik ketika mereka melakukan kesalahan, karena adanya aturan perlindungan anak yang kerap disalahpahami oleh sebagian orang tua. Tidak jarang orang tua menjadi terlalu sensitif terhadap kebijakan sekolah, padahal dalam dunia pendidikan, setiap peserta didik perlu diajarkan moral, etika, dan kedisiplinan. Ketika guru memberikan pembelajaran melalui tindakan yang tegas, sejatinya mereka sedang membentuk karakter dan mental peserta didik agar mampu menghargai orang lain dan lingkungannya. Sayangnya, sikap tegas ini sering dianggap sebagai bentuk kekerasan, padahal bisa jadi itu adalah wujud kasih sayang guru terhadap muridnya. Kesalahpahaman semacam ini muncul ketika orang tua terlalu memanjakan anak dan tidak memahami peran guru yang sesungguhnya. Akibatnya, melaporkan guru dianggap sebagai solusi yang tepat, padahal langkah tersebut justru mere...

Generasi yang Tersesat di Lalu Lintas Narasi

Gambar
  Generasi yang Tersesat di Lalu Lintas Narasi Di era digital yang serba cepat, opini publik sering melesat lebih kencang daripada kebenaran itu sendiri. Narasi-narasi yang beredar di ruang maya kini tak lagi menunggu verifikasi, cukup dikemas dengan emosi dan dikirim lewat algoritma, maka jadilah “kebenaran baru” yang segera dipercaya banyak orang. Fenomena ini menandai krisis serius dalam cara berpikir masyarakat, terutama generasi muda yang tumbuh di tengah derasnya arus informasi tanpa kemampuan memilah antara fakta dan rekayasa opini. Menurut pandangan saya, opini yang belum diverifikasi secara mendalam tidak layak dijadikan dalil untuk membangun kebenaran yang sifatnya hanya menguntungkan individu. Merespons secara cepat tanpa analisa dan perbandingan terlebih dahulu sama saja mencederai diri sendiri dalam berpikir.Kerugian yang muncul cukup jelas: pertama, upaya meyakinkan orang lain melalui media tetapi kosong akan nilai; kedua, berusaha terlihat berpengetahuan namun caca...

Gadget vs Buku: Siapa yang Menang di Hati Mahasiswa?

Gambar
 Gadget vs Buku: Siapa yang Menang di Hati Mahasiswa? Di era serba digital, gadget menjadi teman setia mahasiswa dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dari bangun tidur hingga menjelang malam, layar ponsel hampir tak pernah lepas dari genggaman. Media sosial, gim, dan video singkat seolah lebih menarik dibandingkan membaca buku yang membutuhkan fokus lebih lama. Akibatnya, budaya literasi perlahan tergeser dan tingkat minat baca mahasiswa mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan dalam percakapan sederhana, sering kali mahasiswa langsung bertanya tanpa membaca keseluruhan pesan atau instruksi terlebih dahulu. Fenomena ini menunjukkan bagaimana kebiasaan membaca yang teliti mulai memudar. Perubahan perilaku ini perlu dikaji agar tidak semakin menjauhkan mahasiswa dari kebiasaan literasi yang mendalam. Kemerosotan minat baca tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi yang begitu pesat. Gadget yang awalnya diciptakan untuk mempermudah akses informasi justru membuat ban...

Dulu Pemberontakan Fisik, Kini Perang Wacana: Apakah Kita Sedang Mengulangi G30S Versi Digital?

Gambar
Setiap akhir September yang bertepatan pada tanggal 30, kita diajak mengingat kembali peristiwa G30S salah satu bab tergelap dalam sejarah Indonesia sebagai bentuk refleksi masalalu. Jika dulu perpecahan lahir dari kekuatan militer bayangan, maka kini ia tumbuh dari kekuatan algoritma dan hoaks yang tersebar tanpa kendali. Pertanyaannya: apakah kita sedang mengulangi G30S dalam versi digital?dan Apakah perna terbesit dalam pikiran kita untuk bertanya: apa pelajaran yang benar-benar kita ambil darinya? Apakah kita hanya mengenang, atau juga bercermin? Sejarawan Anhar Gonggong pernah berkata, “Sejarah bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dipahami. Bahaya terbesar sejarah adalah ketika kita berhenti berpikir kritis terhadap narasi yang disodorkan.” Ucapan itu terasa sangat relevan hari ini. Sebab, meski tragedi 1965 sudah lama berlalu, pola konflik berbasis narasi ternyata masih terus berulang hanya saja berpindah tempat, dari jalanan ke dunia maya. Jika dulu perebutan pengaruh dilakukan le...